Pages

Thursday, August 19, 2010

New Level of Ministry

This time, I'm gonna write my experience in Christian Ministry.

Pernah merasa kecewa dalam pelayanan? Pernah merasa dikucilkan atau merasa diri kita tidak layak melayani? Pernah merasa pelayanan kita tidak dipandang? Saya Pernah.


November, 2009.
Christmas is coming! Setiap orang mulai mempersiapkan diri untuk perayaan natal yang diadakan pada bulan Desember. Acara natal memang hal yang butuh paling banyak persiapan; mulai dari choir recruitment, latihan singer dan choir, pencarian dana, dsb. Itu baru natal di cabang Karawaci, belum lagi kami pun turut ikut serta dalam perayaan natal Gereja Tiberias Indonesia yang selalu diadakan besar-besaran di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Dalam 3 kali perayaan natal yang saya alami selama 4 tahun melayani, saya selalu mendapat bagian sebagai singer. Bahkan pada saat saya baru 3 bulan melayani, saya dipilih menjadi singer bersama dengan 7 teman lainnya.

Natal kali ini berbeda. Saya ternyata tidak dipilih sebagai singers.

Seorang pengerja mendatangi saya dan berkata,
"Tia, tahun ini kita rolling ya. Kamu ga jadi singer dulu. kamu jadi choir aja yah?"

Ia berbicara dengan lembut dan tenang, seperti tidak ingin membuat saya kecewa.

Tetapi saya tak bisa mengelak lagi, saya kecewa dan hancur. Kemudian saya berkata,
"Tante, saya sudah tau kok.. saya jadi usher aja boleh? soalnya saya ga pede jadi choir..."


Perkataan itu meluncur, karena saya kecewa dan tidak ingin lagi berada di stage. Saya merasa sama seperti PECUNDANG! a LOSER!

Bagaimana tidak! Setelah beberapa bulan lalu, saya, Adit (kekasih saya), dan Anna (teman pelayanan) tidak sengaja mengikuti audisi. Saya menyanyi dengan sangat buruk, sampai-sampai yang mengaudisi, menyuruh saya berhenti!


Hari, demi hari berlalu dan saya berperang dengan diri sendiri. Dua pikiran terus menentang satu sama lain.

yang satu mengatakan:
"Tia, kamu ga boleh begitu! Jangan merasa kecewa! Pelayanan apapun, sama artinya! Masa, cuma ga jadi singer langsung kecewa. Mana spirit kamu?? Ayo bangkit! Tuhan memandang semua pelayanan sama. Kalau kamu mau jadi usher, jadilah usher sepenuh hati. Toh, artinya ada hal lain yang kamu berikan pada Tuhan.."

Sementara yang lainnya,
"Tia, tidak mungkin kamu kecewa. sudah tiga natal berturut2 kamu jadi singers, sekarang tidak? Ga malu sama yang lain?? Pasti karena kamu memang tidak bisa nyanyi! kamu tidak pantas jadi singers! Suara dua ajah ga becus! lebih baik kamu keluar dari pelayanan singers! lihat yang lain, mereka lebih baik dari kamu!"

Semua peperangan itu membuat saya labil. Kadang saya merasa siap menerima hal tersebut, kadang saya bisa menangis.

Mungkin kalian merasa kenapa hal ini bisa jadi serius? Alasannya, adalah karena saya menghukum diri saya sendiri, dengan mengatakan bahwa saya tidak bisa menyanyi, dan Tuhan tidak memberikan saya talenta menyanyi. Saya seakan-akan berusaha mengubur talenta itu.



December, 2009
Persiapan terus berjalan. Entah mengapa, akhirnya formasi singer ditambah. Dan saya menjadi pilihan terakhir untuk dimasukan dalam barisan singers.
Seperti sebuah berita baik, mungkin. Tapi saya terus menerus dihantui perasaan tidak tenang. Saya mulai merasa teman-teman singers yang lain tidak mau mengajari saya, dan sebagainya. Iblis terus berusaha menanamkan pikiran negatif sehingga saya tidak damai sejahtera.

Sampai suatu hari, kita akan melakukan latihan dengan worship leaders dan tim musik yang akan bertugas pada acara tersebut. Rencana awal latihan akan diadakan hari Rabu, tetapi kemudian diganti Kamis, which is hari itu saya kuliah malam!

Saya makin down! "mana bisa gue latihan? mana bisa jadi singers? pasti gue digantiin.."

Saat selesai kuliah, kekasih saya menelepon,
"kamu di mana Tia? kamu ke sini ajah! Latihannya belum mulai!"

Saya pun menyetujui. Just for info, kampus saya berada di Sudirman, tempat latihan berada di MOI, Kelapa Gading, dan saat itu waktu menunjukkan pukul 9 malam. Saya pun "berpetualang" dengan busway dan taxi.

Akhirnya saya sampai di MOI. Karena mall sudah hampir tutup, saya kesulitan menemukan lokasi Gereja. Saya pun menemukan gereja. Sesampainya di sana, latihan sudah selesai...

Bisa bayangkan betapa kecewanya saya? ketika saya sudah bersusah payah untuk mencapai tempat itu, di malam hari dengan kendaraan umum, dan berkeringat karena lari2? tetapi sesampainya di sana, latihan sudah selesai? ditambah lagi ada singer tambahan yang akan menggantikan saya? Rasanya saya ingin nangis di tempat.


Christmas Celebration, December 2009
Akhirnya acara itu tiba. Saat sedang merancang posisi di panggung, saya yang seharusnya berada di barisan singers, dipindahkan ke barisan choir. Ada perasaan kecewa, tapi ya sudahlah..

Dengan berbesar hati, karena pertolongan Roh Kudus juga, saya akhirnya menjalani tugas bersama beberapa teman sebagai choir vocal.

Tidak ada perasaan kecewa atau sedih. Saat itu, saya hanya ingin beri yang terbaik untuk Tuhan, Puji Tuhan.

Saat saya memuji Tuhan, Tuhan berkata "Aku melihatmu.." sangat jelas di telinga. Dan saya sangat bersuka cita, bahwa apapun bagian saya, Tuhan tetap melihat pelayananku.


After Christmas, 2009-2010
Setelah perayaan itu selesai, saya baik2 saja dan merasa sangat sukacita.
Akan tetapi, pikiran negatif itu kembali datang suatu saat.

Saya tiba-tiba berbicara dengan diri saya sendiri.
"Kenapa ya Tia, kamu ga jadi singer aja waktu itu? Kenapa ya Tuhan ijinin kamu menempuh perjalanan Sudirman-Kelapa Gading dengan Busway dan sampai di tempat, latihan selesai? Kenapa Tuhan biarkan kamu kecewa? Kenapa.. kenapa.. kenapa...??"

Rasa kecewa itu mulai merasuki lagi.

Di saat rasa itu menjadi kuat, suddenly Tuhan berbicara jelas dalam hati ini,

"Siapa yang sebenarnya ingin kamu puji? AKU atau dirimu sendiri?"

"Siapa yang sebenarnya kamu layani? AKU atau kepuasanmu sendiri?"

Saya ditegur lagi!!

"Jika AKU yang dipuji, mengapa kamu kecewa tidak berada di panggung? Kamu bisa memujiku di mana saja. Kalau kamu melayani AKU, jadi singer ataupun choir ataupun usher, semua melayani aku."

Oh Tuhan Yesus! Ampuni aku... Saya telah tinggi hati dan juga tidak menghargai talenta Tuhan


Now.
Kini, diriku yang sekarang, telah berada di level yang baru dalam melayani Tuhan.
Saya tidak lagi memandang pelayanan dengan cara yang lama.

Saya kembali mengingat pertanyaan Tuhan saat itu, "siapa yang sesungguhnya ingin kamu puji? Aku atau dirimu sendiri?" dan itu terus terngiang di kepalaku.

Ketika saya tahu tujuan saya melayani, tujuan saya bernyanyi dan memuji, apapun bagian saya, saya tidak akan kecewa.

Itulah yang membuat saya bersuka cita sampai sekarang, karena pemahaman baru yang Tuhan taruh dalam hidup saya.

Saya tidak lagi memandang diri saya salah menjadi seorang singer, tapi saya terus menggali dan melatih talenta ini agar dapat memberkati banyak orang serta menyenangkan Bapa di surga.


Note:
Siapapun Anda, apapun pelayanan Anda, ingatlah bahwa

"Kita melayani Tuhan dan DIAlah yang kita puji, bukan diri kita sendiri.
Kita melayani, bukan untuk memuaskan diri kita terhadap pujian, tapi menyenangkan Tuhan dengan pujian dan ucapan syukur.
Bersyukurlah atas apa yang Anda lakukan dalam pelayanan, karena semuanya memuji Dia dan semuanya dipandang olehNya."


Ingat selalu, bahwa pelayanan sangat rentan terhadap kesombongan. Pandang Dia terus dan ingat bahwa kita hanya ingin memuji Dia. Hargai setiap talenta yang Tuhan beri, dan persembahkanlah selalu yang terbaik.


Tuhan Yesus memberkati

No comments: